Islam
Ayat-ayat Quran yang berhubungan dengan
kebenaran islam
QS Al Baqarah (2): 256. Tidak ada paksaan dalam
(memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
QS Ali ‘Imran (3): ayat 19. Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
QS 3: 83. Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari
agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit
dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.
QS 3: 85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di
akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
QS Al Maidah (5): 3. ….Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.…
QS Al Hajj (22): 78. ….Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian
orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya
Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia,…
QS An Nuur (24): 55. Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah
mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
QS Ar Ruum (30): 30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
QS Az Zumar (39): 22. Maka apakah orang-orang yang
dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya
dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang
besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka
itu dalam kesesatan yang nyata.
Hadits tentang islam
Sesungguhnya bermula datangnya Islam dianggap asing (aneh)
dan akan datang kembali asing. Namun berbahagialah orang-orang asing itu. Para
sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud orang
asing (aneh) itu?” Lalu Rasulullah menjawab, “Orang yang melakukan
kebaikan-kebaikan di saat orang-orang melakukan pengrusakan.” (HR. Muslim)
——####——
Agak susah nyari hadits tentang kebenaran islam. Mungkin
saya yang kurang teliti nyarinya.. Umumnya, hadits hanya berisi penjelasan dari
Al Quran dan dari hukum-hukum yang sifatnya masih perlu dirinci. Sedangkan
kebenaran Islam sebagian besar sudah diterangkan dengan sangat jelas dalam
Alquran, sehingga yang termuat dalam hadits hanyalah perincian masalah akhlaq
atau ibadah baik ibadah vertikal kepada Allah maupun kepada sesama manusia
(Muamalah).
Jadi, ya hadits yang menerangkan tentang
kebenaran islam hampir ga ada.. maksudnya, karena rata-rata hadits itu
merupakan penjelasan Rasulullah tentang masalah-masalah di dalam agama islam
sendiri.. sifatnya lebih khusus..
wallahu a’lam.. mungkin ada yg lebih tau..
-fadhli-
hadistnya
عَنْ أُمِّ
الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ :
قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا
هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية
لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia
berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang
mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka
dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan:
siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami,
maka dia tertolak.
Pelajaran yang terdapat dalam
hadits / الفوائد
من الحديث :
1. Setiap perbuatan ibadah yang
tidak bersandar pada dalil syar’i ditolak dari pelakunya.
2. Larangan dari perbuatan bid’ah
yang buruk berdasarkan syari’at.
3. Islam adalah agama yang
berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan
sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah berusaha
menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.
4. Agama Islam adalah agama yang
sempurna tidak ada kurangn
BAB II
PEMBAHASAN
HADITS TENTANG IMAN, ISLAM, DAN
IHSAN
Dalam
sebuah hadits dikatakan :
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا أَبُو
حَيَّانَ التَّيْمِيُّ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ
فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَا الإِيمَانُ قَالَ الإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ
بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ
بِالْبَعْثِ، قَالَ: مَا الإِسْلاَمُ قَالَ: الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ
وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ
الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ، قَالَ: مَا الإِحْسَانُ، قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ
يَرَاكَ، قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ، قَالَ: مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ
مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتْ الأَمَةُ
رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ، فِي
خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللَّهُ ثُمَّ تَلاَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ الآيَةَ ثُمَّ
أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ
يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ
Artinya
:
Musaddad telah menceritakan kepada kami, ia berkata
bahwa Isma’il ibn Ibrahim telah menceritakan kepada kami, Abu Hayyan al-Taimiy
dari Abi Zur’ah telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah r.a berkata:
Pada suatu hari ketika Nabi saw. sedang duduk
bersama sahabat, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan bertanya, “apakah iman
itu?”. Jawab Nabi saw.: “iman adalah percaya Allah swt., para malaikat-Nya,
kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya dan percaya pada
hari berbangkit dari kubur. ‘Lalu laki-laki itu bertanya lagi, “apakah Islam
itu? Jawab Nabi saw., “Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang
difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan.” Lalu laki-laki itu bertanya lagi:
“apakah Ihsan itu?” Jawab Nabi saw., “Ihsan ialah bahwa engkau menyembah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalau engkau tidak mampu melihat-Nya,
ketahuilah bahwa Allah melihatmu.
Lalu laki-laki itu bertanya lagi: “apakah hari
kiamat itu? “Nabi saw. menjawab: “orang yang ditanya tidak lebih mengetahui
daripada yang bertanya, tetapi saya memberitahukan kepadamu beberapa syarat
(tanda-tanda) akan tibanya hari kiamat, yaitu jika budak sahaya telah
melahirkan majikannya, dan jika penggembala onta dan ternak lainnya telah
berlomba-lomba membangun gedung-gedung megah. Termasuk lima perkara yang tidak
dapat diketahui kecuali oleh Allah, selanjutnya Nabi saw. membaca ayat:
“Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah yang mengetahui hari kiamat…
(ayat).
Kemudian orang itu pergi. Lalu Nabi saw. bersabda
kepada para sahabat: “antarkanlah orang itu. Akan tetapi para sahabat tidak
melihat sedikitpun bekas orang itu. Lalu Nabi saw.bersabda: “Itu adalah
Malaikat Jibril a.s. yang datang untuk mengajarkan agama kepada manusia.” (HR.
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, Ibnu Majah dan Ahmad bin Hambal).
A.
Iman
Kata
iman berasal dari bahasa arab, yang merupakan masdar dari madli Amana, Yu’minu,
Imanan, yang artinya percaya. Sedangkan menurut hadits pokok yang telah
kami paparkan diatas, iman adalah percaya (adanya) Allah swt., para
malaikat-Nya, kitab-kitabnya, dan pertemuannya dengan Allah, para Rasul-Nya
serta percaya pada hari berbangkit dari kubur.
Pada
redaksi lain juga disebutkan, yakni hadits yang diriwayatkan oleh bukhori
muslim, selain yang telah disebutkan pada hadits pokok diatas, ada tambahan
mengenai obyek iman, yaitu beriman adanya qodlo dan qodar, baik maupun
buruk. Wal hashil, dari sinilah para ulama’ menyimpulkan bahwa rukun iman
ada enam, yang mana setiap mu’min wajib mempercayainya untuk menyandang
sebuah titel mu’minnya. Yakni :
- 1. Iman kepada Allah
- 2. Iman kepada malaikat Allah
- 3. Iman kepada rusul Allah
- 4. Iman kepada kitab-kitab Alla
- 5. Iman kepada hari akhir (kiamat)
- 6. Iman kepada qodo’ dan qobar Allah, baik maupun buruk keberadaannya.
Banyak
sekali hadits yang memuat tentang iman, yang tak mungkin kami sajikan disini,
maka kami hanya mengambil sebagian saja, diantaranya :
حدثنا
عبد الله بن محمد قال حدثنا أبو عامر العقدي قال حدثنا سليمان بن بلال عن عبد الله
بن دينار عن أبي صالح عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم
قال : ( الإيمان بضع وستون شعبة والحياء شعبة من الإيمان )
Artinya
: Abdulloh bin Muhammad telah bercerita kepada kita, seraya berkata; Abu Amir
al Aqdi bercerita kepada kita seraya berkata ; sulaiman bin bilal telah
bercerita kepada kita dari abdulloh bin dinar dari abu sholih dari abu hurairoh
ra. Dari Nabi SAW. Beliau bersabda : “iman terdiri dari 70 lebih sekian
cabang, sedangkan malu termasuk salah satu cabang darinya”.
Hadits
pertama ini, memberi aba aba bahwa iman itu banyak sekali cabangnya. Ada lebih
dari 70 cabang iman, diantaranya adalah malu. Walau malu kelihatanyya sepele,
tapi ternyata banyak sekali yang tidak bisa melakukannya, tercermin
dalam kehidupan keseharian yang terjadi diantara kita. Lebih-lebih malu pada
sang kuasa. Karena bila seseorang masih punya malu pada sang pencipta, niscaya
tidak akan berani maksiat pada-Nya, apalagi berani meninggalkan perintah.
Inilah urgensi tentang malu, banyak yang tahu, tapi tak sedikit yang tak mau
tahu, dalam arti tidak mengindahkannya.
حدثنا
يعقوب بن إبراهيم قال حدثنا ابن علية عن عبد العزيز بن صهيب عن أنس عن النبي صلى
الله عليه و سلم ( ح ) . وحدثنا آدم قال حدثنا شعبة عن قتادة عن أنس قال قال النبي
صلى الله عليه و سلم : ( لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده
والناس أجمعين )
Ya’kub
bin ibrahim teah bercerita kepada kita, beliau berkata ; ibnu ulaiyah bercerita
kepada kita, dari abdul aziz bin zuhaib dari anas dari nabi saw., Adam juga
bercerita kepada kita, beliau berkata ; telah bercerita kepada kita syu’bah,
dari qotadah dari sahabat anas, beliau berkata ; nabi saw. Bersabda : “ tidak
(sempurna) iman diantara kamu sehingga aku lebih dicintai baginya melebihi
orang tuanya, anaknya, dan manusia sekalian”.
Hadits
ini menjelaskan tentang urgensi cinta terhadap nabi, karena termasuk ciri ciri
iman seseorang sempurna bila mana dia lebih mencintai nabinya melebihi cintanya
terhadap selain tuhan dan nabinya. Bila kita tarik mafhum dari hadits ini, kama
orang tidak bisa dikatakan mempunyi iman sempurna sebelum dia mencintai nabinya
melebihi segala-galanya.
حدثنا
مسدد قال حدثنا يحيى عن شعبة عن قتادة عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه
و سلم وعن حسين المعلم قال عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( لا يؤمن
أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه )
Musaddad
telah menceritakan kepada kita, dia berkata ; telah bercerita kepada kita
yahya, dari syu’bah dari qotadah dari annas dari nabi saw. Dan dari husain al
Mualim, dia berkata : dari nabi saw. Beliau bersabda : “tidak dikatakan
(sempurna) iman seorang diantara kalian sehingga mencintai saudara (muslim) nya
sebagaimana kecintaannya kepada dirinya”.
Sedang
hadits yang satu ini, menyinggung tentang kecintaan seseorang terhadap saudara
muslinya, maka tidak dikatakan sempurna iman seseorng mana kala orang tersebut
belum bisa mencintai saudara muslimnya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri.
حدثنا
محمد بن المثنى قال حدثنا عبد الوهاب الثقفي قال حدثنا أيوب عن أبي قلابة عن أنس
عن النبي صلى الله عليه و سلم قال ( ثلاث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان أن يكون
الله ورسوله أحب إليه مما سواهما وأن يحب المرء لا يحبه إلا لله وأن يكره أن يعود
في الكفر كما يكره أن يقذف في النار )
Muhammad
bin mutsanna telah berkata ; telah bercerita kepada kita abdul wahab as
tsaqofi, telah bercerita kepada kita Ayyub dari abi qolabah d ari annas dari
nabi saw. Beliau bersabda : “tiga perkara bila mana terdapat diri seseorang
akan merasakan manisnya iman : yaitu bila Allah dan rasulnya lebih ia cinta
daripada selain keduanya, dan hendaknya ia mencintai orang yang tidak cinta
kepadanya kecuali karena Allah semata, dan ia enggan / benci untuk kem bali
kepada kekafiran sebagaimana kebenciannya bila di masukkan ke neraka”.
Terakhir,
dibahas pada hadits ini tentang bagaimana seseorang dapat merasakan manisnya
iman, yakni dengan mencintai Allah dan rasulnya melebihi segalanya,
mencintai seseorang yang mencintainya hanya karena Allah semata, serta
hendaknya ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci bila
dimasukan ke neraka.
B.
Islam
Sebagaimana
telah maklum, islam berasal dari bahasa arab juga, dari madli Aslama yuslimu
islaman, yang berarti selamat. Sedangkan menurut hadits pokok diatas,
islam diartikan sebagai Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat yang
difardhukan dan berpuasa di bulan Ramadhan.
Dilain
redaksi, ada yang mencantumkan perihal haji, sehingga dapat disimpulkan bahwa
rukun iman berjumlah lima, yaitu :
- Syahadat.
- Sholat.
- Zakat
- Puasa.
- Dan haji
Sebagaimana
hadits nabi yang berbunyi :
حدثنا
عبيد الله بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي
الله عنهما قال
:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا
الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان )
Abdulloh
bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan
telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra.
Berkata : rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian
sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah
utusannya, mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
Islam
merupakan agama terakhir dari syariat yang telah dirurunkan oleh Allah kepada
rasul sekaligus nabinya yang terakhir pula. Disini, eksistensi islam sebagai
agama yang paling benar telah tak diragukan lagi adanya. Banyak kaum orientalis
yang berusaha menyerang islam, dengan mempelajari islam itu sendiri, dengan
tujuan mencari celah untuk meruntuhkan islam melalui kekurangan-kekurangan yang
ada dalam islam, tapi apa yang terjadi, banyak diantara mereka yang malah
berbalik kiblat kemudian masuk islam tanpa ragu. Karena islam merupakan agama
yang sempurna, sekaligus sebagai penyempurna dari agama-agama masawi yang
terdahulu. Allah berfiman :
إِنَّ
الدّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسلٰمُ ۗ
وَمَا اختَلَفَ الَّذينَ أوتُوا الكِتٰبَ
إِلّا مِن بَعدِ ما جاءَهُمُ العِلمُ بَغيًا بَينَهُم ۗ
وَمَن يَكفُر بِـٔايٰتِ
اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَريعُ الحِسابِ
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[4] kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya.[5]
c.
Ihsan
kata
ihsan, lahir dari madli ahsana yuhsinu ihsanan, yaitu bahasa arab yang berarti
bebuat baik, atau memperbaiki. Sedangkan bila memandang dri hadits pokok
diatas, ihsan diartikan sebagai menyembah Allah seakan akan kita melihat-Nya,
atau setidaknya kita merasa selalu diawasi oleh Allah.
Disini
terdapat indikasi lebih mengenai ihsan dibanding dengan yang lain. Karena ihsan
sendiri merupakan usaha untuk selalu melakukan yang lebih baik, yang lebih
afdol, dan bernilai lebih sehingga seseorang tidak hanya berorientasi untuk
menggugurkan kewajiban dalah beribadah, melainkan justru berusaha bagaimana
amal ibadahnya diterima dengan sebaik-baiknya oleh Allah. SWT. Karena dia akan
merasa diawasi oleh Allah, maka akan terus timbul dihatinya tuntutan untuk
selalu meng upgrade amal perbuatannya dari yang kurang baik menjadi yang
baik, dari yang sudah baik, terus berusaha untuk yang lebih baik demi
diterimanya amal perbuatan mereka.
Sebagai
contoh, seseorang yang melakukan sholat, cukup dengn melakukan syarat dan rukun
sholat saja, tanpa hartus khusu’ maupun khudu’. Orang itu sudah tidak
dituntut lagi kelak karena dia sudah melakukan kewajibannya walaupun hanya
sebatas menggugurkan kewajiban belaka. Beda dengan orang yang muhsin (ihsan),
maka dia akan melakukan sholat tersebut dengan sesempurna mungkin, dia tidak hanya
memperhatikan syarat dan rukun saja, melainkan adab dalam sholat, kekhusyu’an,
khudu’, dan hal-hal yang dapat menghalangi sampainya ibadah tersebut sampai
kepada hadroh sang kholiq.
D.
Korelasi Iman, Islam, dan Ihsan
Diatas
telah dibahas tentang ketiga hal tersebut, disini, akan dibahas hubungan timbal
balik antara ketiganya. Iman yang merupakan landasan awal, bila
diumpamakan sebagai pondasi dalam keberadaan suatu rumah, sedangkan islam
merupakan entitas yang berdiri diatasnya. Maka, apabila iman seseorang lemah,
maka islamnya pun akan condong, lebih lebih akan rubuh. Dalam realitanya
mungkin pelaksanaan sholat akan tersendat-sendat, sehingga tidak dilakukan pada
waktunya, atau malah mungkin tidak terdirikan. Zakat tidak tersalurkan, puasa
tak terlaksana, dan lain sebagainya. Sebaliknya, iman akan kokoh bila islam
seseorang ditegakkan. Karena iman terkadang bisa menjadi tebal, kadang pula
menjadi tipis, karena amal perbuatan yang akan mempengaruhi hati. Sedang hati
sendiri merupakan wadah bagi iman itu. Jadi, bila seseorang tekun beribadah,
rajin taqorrub, maka akan semakin tebal imannya, sebaliknya bila seseorang
berlarut-larut dalam kemaksiatan, kebal akan dosa, maka akan berdampak juga
pada tipisnya iman.
Dalam
hal ini, sayyidina Ali pernah berkata :
قال
علي كرم الله وجهه إن الإيمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت
حتى يبيض القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى
يسود القلب كله
Artinya
: Sahabat Ali kw. Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar
yang putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar
tersebut akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih.
Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan
perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga
hitamlah (warna) hati. [6]
Adapun
ihsan, bisa diumpamakan sebagai hiasan rumah, bagaimana rumah tersebut bisa
terlihat mewah, terlihat indah, dan megah. Sehingga padat menarik perhatian
dari banyak pihak. Sama halnya dalam ibadah, bagaimana ibadah ini bisa
mendapatkan perhatian dari sang kholiq, sehingga dapat diterima olehnya. Tidak
hanya asal menjalankan perintah dan menjauhi larangannya saja, melainkan beru
saha
bagaimana amal perbuatan itu bisa bernilai plus dihadapan-Nya. Sebagaimana yang
telah disebutkan diatas kedudukan kita hanyalah sebagai hamba, budak dari
tuhan, sebisa mungkin kita bekerja, menjalankan perintah-Nya untuk mendapatkan
perhatian dan ridlonya. Disinilah hakikat dari ihsan.
[4] Maksudnya ialah Kitab-Kitab
yang diturunkan sebelum Al Quran.