BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam
proses perjalanan hidup manusia mereka banyak mengalami peristiwa dan situasi
yang menimbulkan masalah yang mungkin tidak dapat diatasi. Alternatif yang pada
umumnya digunakan untuk menyelesaikan masaalah tersebut adalah dengan
membicarakannya dengan keluarga, guru , teman dan ahli agama. Namun tidak semua
orang yang yang dijadikan tempat untuk dimintai bantuan tersebut bisa mengatasi
masalah tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang
efektif untuk mengatasi masalah individu tersebut. Pada proses konseling ,
konselor mendengarkan konseli serta bekerja sama dengan konseli untuk menemukan
alternatif yang terbaik untuk memahami dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
konseli. Pada proses tersebutlah konselor harus bisa menggunakan pendekatan,
metode dan teknik yang tepat terhadap konseli, sehingga bisa tahu akar
permasalahan dan dapat menyelesaikan permasalahan si konseli tersebut dengan
cepat dan tepat dan tanpa menemui hambatan yang begitu berarti.
Oleh
karena itu pemakalah, dalam makalah ini akan berusaha mengemukakan tentang
berbagai macam pendekatan, metode dan teknik di dalam BK.
B. Rumusan Masalah
Pendekata metode dan teknik apa sajakah yang
dapat digunakan oleh konselor untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli da?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam Pendekatan Bimbingan Konseling
a. Pendekatan Psikoanalisis (Psychoanalysis Therapy)
Pendekatan
psikoanalisis merupakan pendekatan yang banyak mempengaruhi timbulnya
pendekatan-pendekatan lain dalam konseling. Psikoanalisis sering juga disebut
dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah
laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam alam
ketidaksadaran. Selain itu, psikoanalissis banyak digunakan secara bergantian
dengan istilah Psikodinamik, karena menekankan pada dinamika atau gerak dorong
mendorong antara alam ketidaksadaran dan alam kesadaran, di mana alam
ketidaksadaran mendorong untuk untuk muncul ke dalam alam kesadaran.
Pendekatan
psikoanalisis memiliki ciri-ciri, antara lain: menekankan pada pentingnya
riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari implus-implus
ginetik (instink), pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh
irasionalitas dan sumber-sumber ketidak sadaran tingkah laku.
Menurut
pandangan psikoanalisis, struktur atau organisasi kepribadian individu terdiri
dari tiga sistem yaitu id, ego, dan superego. Pada orang yang dianggap sehat
mental, ketiga sistem merupakan kesatuan organisasi yang harmonis,. Sehingga
memungkinkan individu berhubungan dengan lingkungan secara efesien dan
memuaskan. Bila ketiga sistem bertentangan satu sama lain, individu mengalami
kesulitan penyesuaian diri. Tingkah laku manusia hampir selalu merupakan produk
interaksi ketiga sistem tersebut.
b.
Pendekatan Analisis Transaksional (Transacsional analysis)
Pendekatan
analisis transaksional merupakan pendekatan yang dapat digunakan pada seting
individual maupun kelompok. Analisis transaksional menekankan pada aspek
kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian. Di samping itu,
pendekatan ini berorientasi pada meningkatkan kesadaran sehingga konseli dapat
membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.
Pendekatan
analisis transaksional terdiri dari dua kata, analisis berarti pengujian
sesuatu secara detail agar lebih memahami atau agar dapat menarik kesimpulan
dari hasil pengujian tersebut, sedangkan transaksional atau transaksi adalah
unit pokok dari sebuah hubungan sosial. Dengan demikian, analisis transaksional
adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan
pengaruh yang bersifat timbal balik yang merupakan gambaran kepribadian
seseorang.
Pendekatan
analisis transaksional ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang
dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat
keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari
kepribadian, dan berorientasi pada meningkatkan kesadaran sehingga konseli
dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.
c. Pendekatan Behavioral
Pendekatan behavioral didasari
oleh hasil eksperimen yang melakukan investigasi tentang prinsip-prinsip
tingkah laku manusia. Pendekatan tingkah laku atau behavioral menekankan pada
dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada
tindakan untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah
laku.
Konseling behavioral memiliki
asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama
dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi untuk
berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Selain itu, manusia dipandang
sebagai individu yang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri,
mengatur serta dapat mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku
baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain.Pendekatan behavioral
berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah
laku adalah melalui kematangan dan belajar.
d. Pendekatan Realitas (Reality Teherapy)
Dalam pendekatan ini konselor
berperan sebagai guru dan sebagai model bagi konseli. Di samping itu, konselor
juga membuat kontrak dengan konseli untuk mengubah perilakunya. Ciri yang khas
dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian-kejadian di masa lalu,
tetapi lebih mendorong konseli untuk menghadapi realitas
Layanan konseling ini bertujuan
membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui
identitasnya akan mengetahu langkah-langkah apa yang akan ia lakukan di masa
yang akan datang dengan segala konsekuensinya. Bersama-sam konselor konseli
dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu
menghadapi realitas.
e.
Pendekatan Berpusat pada Manusia (Person-Centered
Therapy)
Pendekatan Person-Centered berasumsi
bahwa manusia yang mencari bantuan psikologis diperlakukan sebagai konseli yang
bertanggung jawab yang memilki kekuattan untuk mengarahkan dirinya. Pendekatan Person-Centered
dapat dikategorikan dalam cabanng humanistik yang memiliki perspektif
eksistensial. Humanistik merupakan perpektif ketiga dalam konseling.
Konseling Person-Centered
bertujuan membentuk konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat
komunikasi konseling, di mana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang
berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan
penerimaan tanpa syarat, yaitu menerima konseli apa adanya. Tujuan utama
pendekatan ini adalah pencapaian kemandirian dan integrasi diri.
f.
Pendekatan Gestalt (Gestalt Therapy)
Pendekatan gestalt adalah terapi
humanistik eksistensial yanng berlandasan premis, bahwa individu harus
menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika
individu ingin mencapai kedewasaan.
Tujuan pendekatan ini adalah agar
konseli mencapai kesadaran tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta
belajar bertanggung jawab atas perasaan, pikiran dan tindakan sendiri.
B. Metode Bimbingan dan Konseling
Pengumpulan
data merupakan hal yang sangat penting dalam penyelidikan-penyelidikan pada
umumnya, maupun dalam bimbingan dan penyuluhan. Penyuluhan dapat diberikan
dengan baik, kalau kita telah mengetahui data sekitar individu yang akan
disuluh. Oleh karena itu perlu sekali dikemukakan beberapa macam metode yang
dapat digunakan untuk memperoleh data dalam merealisasikan bimbingan dan
penyuluhan.
Macam-macam
metode yang digunakan dalam bimbingan
dan konseling diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Observasi (observation)
Observasi
ialah suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung.
Ditinjau
dari segi peranan observer maka observasi dapat dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
a.
Observasi yang berpartisipasi
Dalam
observasi ini, pembimbing turut serta dalam situasi kehidupan pihak yang akan
diobservasinya.
b. Observasi non-partisipasi
Observasi
ini merupakan kebalikan dari observasi pertama. Pada teknik ini, observasi
tidak menggambil bagian secara langsung di dalam situasi kehidupan yang
diobservasi.
c. Quasi partisipasi
Dalam
observasi ini, seolah-olah observer turut berpartisipasi. Padahal sebenarnya
hanya berpura-pura saja turut ambil bagian dalam situasi kehidupan observasi.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode observasi dalam bimbingan
dan konseling adalah:
1.
Menentukan
materi yang sesuai dengan tujuan observasi.
2.
Menentukan
cara atau teknik yang dipergunakan.
3.
Menentukan
cara mencatat hasil observasi.
4.
Harus
membedakan mana yang merupakan fakta dan mana yang merupakan interpretasi.
5.
Selama
observasi jangan memberikan interpretasi, tetapi diberikan setelah observasi
selesai.
2. Questionare
Questionare
atau sering pula disebut angket merupakan suatu daftar yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang
menjadi sasaran questionnare tersebut. Pertanyaan dalam questinnare bergantung pada
maksud serta tujuan yanng ingin dicapai.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode questionnaire dalam
bimbingan dan konseling adalah:
-
Pergunakan
questionnaire dalam keadaan yang setepat-tepatnya
-
Menentukan
terlebih dahulu tujuan dari questionnaire itu, baik tujuan umum maupun tujuan
khusus.
-
Susunlah
pertanyaan-pertanyaan dengan sebaik mungkin.
-
Setelah
pertanyaan tersusun hendaknya diadakan cheking untuk memeriksa tentang
kemungkinan adanya pertanyaan yang perlu diperbaiki, sehingga dengan cara ini
diharapkan akan mendapatkan questionnnaire yang lebih baik.
3. Interview (Wawancara)
Interview
adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan wawancara secara
langsung. Berbeda dengan questionnaire, penyajian interview adalah secra lisan,
sedang pada questionnaire cara penyajian dengan cara tertulis.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode interview dalam bimbingan
dan konseling adalah:
-
Mempersiapkan
apa yang akan dipertanyakan dengan sebaik-baik mungkin agar interview dapat
berjalan dengan lancar.
-
Interview
harus menjelaskan dengan sebaik-baiknya, apa maksud serta tujuan dari interview
tersebut.
-
Pertanyaan
hendaknya diajukan dengan hati-hati, teliti, dan kalimatnya harus jelas.
-
Bahasa
yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan orang yang diinterview.
-
Di
dalam memberikan pertanyaan hendaknya tidak kaku, dan masing-masing pertanyaan
dapat diperluas.
-
Diusahakan
jangan sampai ada waktu diam terlalu lama. Karena hal ini dapat mematikan suasna
interview.
4. Tes
Tes
adalah suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan dengan menggunakan
soal-soal yang telah dipilih dengan seksama, artinya dengan standar tertentu.
Macam-
macam tes diantaranya adalah:
a. Berdasarkan banyaknya orang yang dites, dapat
dibedakan:
-
Tes
individual (perseseorangan), di mana tes itu dikerjakan secara individual,
menghadapi seseorangan demi seseorangan.
-
Tes
kelompok (group), di mana yang dites merupakan suatu kelompok pada suatu waktu
yang tertentu.
b. Berdasarkan
kemampuan jiwa yang ingin diselidiki, tes dapat dibedakan:
-
Tes
pengamatan.
-
Tes
perhatian.
-
Tes
inteligensi.
c. Berdasarkan
caranya pengetes mengerjakan tugas-tugas tes dapat dibedakan:
-
Tes
verbal (tes bahasa), yaitu tes dengan menggunakan bahasa.
-
Tes
peraga (performance), yaitu di dalam menggerjakan tes itu tidak menggunakan
bahasa.
5. Case studi
Case
studi adalah suatu metode penyelidikan untuk mempelajari kejadian mengenai
perseseorangan. Dengan kata lain, suatu metode untuk menyelidiki riwayat hidup
seseorang. Jika metode-metode sebelumnya banyak memerlukan informasi maka untuk
metode ini tidak memerlukan banyak informasi. Tetapi dengan metode ini kita
dapat mendapatkan tinjauan yang mendalam.
C. Teknik-teknik Bimbingan dan Konseling
Bimbingan
dan konseling membutuhkan teknik yang tidak mudah. Diperlukan pembiasaan
terhadap macam-macam teknik yang ada supaya konselor mahir dalam kerja praktik.
Di samping itu diperlukan kebenaran dalam memperaktikan macam-macam teknik
b) Teknik khusus konsling
Disamping
mengarahkan teknik-teknik umum, dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan
teknik-teknik khusus yaitu antara lain
a. Latihan asensif
Latihan
ini berguna untuk membantu individu yang tidak mamapu menggungkapkan perasaan tersinggung,
kesulitan mengatakan tidak, mengungkapkan afeksi, dan respon positif lainnya.
b. Desensitisasi sistematis
Desensitisasi
sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang di alamai dengan cara
mengajarkan klien untuk rileks.
c. Pengkondisian aversi
Teknik
ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksud
untuk meninggaalkan kepekaan klien agar mengerti respons pada stimulus yang
disenanginya dengan kelebihan stimulus tersebut.
d. Pembentukan prilaku model
Teknik
ini dapat digunakan untuk membentuk prilaku baru pada klien dan memperkuat
prilaku yang sudah terbentuk.
e. Permainan dialog
Teknik
ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialokkan dua
kecendrungan yang saling bertentangan.
f. Latihan bertanggung jawab
Teknik
ini merupakan teknik yang dinaksudkan untuk membantu klien agar mengakui dan
menerima perasaan-perasaannya daripada memproyeksikan perasaannya perasaannya
itu kepada orang lain.
Pada garis besarnya teknik-teknik
yang digunakan dalam bimbingan ada 2 macam, yaitu teknik pendekatan secara
kelompok (group guidance) dan teknik pendekat secara individual (individual
counseling).
1. Bimbingan kelompok (group guidance)
Teknik
dipergunakan dalam membantu murid dalam memecahkan masalah-masalah melalui
kegiatan kelompok. Artinya masalah itu dirasakan oleh kelompok atau oleh
individu sebagai anggota kelompok. Beberapa bentuk khusus cara bimbingan
kelompok ini ialah:
a. Home
room program (program home room)
Yaitu
suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal
murid-muridnya lebih baik sehingga dapat membantunya secara efesien. Kegiatan
ini dilakukan di dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid di
luar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Dalam program home room hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan
menyenangkan, sehingga murid mampu mengutarakan perasaannya seperti di rumah.
b. Karya
wisata
Karya
wisata di samping berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau sebagai metode
mengajar, dapat berfungsi sebagai salah satu cara dalam bimbingan kelompok.
Dengan karya wisata murid meninjau objek-objek menarik dan mereka mendapat
informasi yang lebih baik dari objek itu. Di samping murid-murid mendapat
kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya,
pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
c. Diskusi
kelompok
Diskusi
kelompok merupakan salaha satu cara di mana murid-murid akan mendapat
kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid mendapat
kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu
masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggung jawab dan harga
diri.
d. Kegiatan
kelompok
Kegiatan
kelompok merupakan cara yang baik dalam bimbingan karena individu mendapat
kesempatan untuk berpartisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu
yang yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Dengan kegiatan ini, anak dapat menyumbangkan
pikirannya dan dapat pula menggembangkan rasa tanggung jawab.
e. Organisasi
murid
Organisasi
murid, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luat lingkungan sekolah
merupakan salah satu cara dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi banyak
masalah-masalah yang sifatnya individual maupun kelompok dapat diselesaikan.
Dalam organisasi, murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenai berbagai
aspek kehidupan sosial. Ia dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya, di samping memupuk rasa
tanggung jawab dan harga diri.
2. Penyuluhan individual (individual counseling)
Penyuluhan konseling merupakan salah satu cara pemberian bantuan secara
perorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian bantuan dilaksanakan
secara face to face relationship (hubungan langsung muka kemuka, atau
hubungan empat mata), antara counselor dengan anak (kasus). Biasanya
maslah-masalah yang dipecahkan melalui teknik atau cara ini ialah
masalah-masalah yang bersifat pribadi.
Dalam counseling hendaknya counselor bersikap penuh
simpati dan empati. Simpati artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan
apa yang sedabg dirasakan oleh counselle (kasus). Dan empati artinya berusaha
menempatkan diri dalam situasi diri counselee dengan masalah ynag dihadapinya.
Denngan sikap ini, counselee akan memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada
counselor. Dan ini sangat membantu
keberhasilan dalam konseling
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
BK memerlukan adanya “pendekatan, metode dan teknik BK”, agar proses
konseling antara konselor dan konseli dapat berjalan dengan lancar.
Di dalam BK ada beberapa macam pendekatan
diantaranya: Pendekatan Psikoanalisis,
Pendekatan Analisis Transaksional ,Pendekatan Behavioral ,Pendekatan Realitas ,
Pendekatan Berpusat pada Manusia & Pendekatan Gestalt .
Bk juga mempunyai beberapa metode yang bisa
digunakan untuk menyelesaikan masalah oleh konselor terhadap konseli, yaitu:
Observasi, Questionare, Interview , Tes ,Case studi.
Selain pendakatan dan metode, di dalam BK juga ada
teknik BK. Beberapa teknik BK yaitu: Teknik
umum konseling dan Teknik Khusus Konseling.